Altered State of Consciousness
Apa dan bagaimana State of Consciousness
Dunia pikiran adalah semesta maha luas dan dalam tak berbatas yang sangat
menggoda untuk dijelajahi. Segala sesuatu yang berhubungan dengan pikiran sudah
pasti juga berhubungan dengan (kondisi) kesadaran. Setiap saat pikiran bergerak
dengan sangat cepat dan sulit dikendalikan. Dalam sekejap kita bisa beralih
kesadaran.
Bila berdiskusi tentang kesadaran umumnya orang hanya mengenal dua kondisi
yaitu sadar dan tidak sadar. Yang dimaksud dengan kondisi sadar adalah keadaan
pikiran aktif dan mampu mengenali sekitarnya. Sedangkan kondisi tidak sadar
biasanya dihubungkan dengan keadaan tidur lelap di mana hubungan antara dunia
dalam diri dan dunia di luar telah ìterputusî.
Tahukah anda bahwa antara kondisi sadar dan tidak sadar ini terbentang lapisan
kesadaran yang sangat halus dan sangat beragam yang seringkali kita masuki ,
baik disengaja atau tidak, namun kita tidak sadar sedang berada dalam kondisi
itu?
Untuk bisa mengenali kondisi kesadaran yang ìlainî dari biasanya maka kita
membutuhkan satu acuan atau baseline. Kondisi kesadaran yang biasa kita alami
dalam keseharian atau disebut dengan kondisi kesadaran normal inilah yang kita
gunakan sebagai baseline state of consciousness (b-SoC). Dengan demikian semua
kondisi kesadaran yang ìdi atasî atau ìdi bawahî baseline adalah kondisi
kesadaran lain dan kita sebut dengan
Altered State of Consciousness (ASC).
Lalu, apakah Altered State of Consciousness (ASC)? ASC adalah suatu konfigurasi
subsistem dari struktur psikologis dengan pola unik, dinamis, dan aktif.
Struktur psikologis merujuk pada organisasi komponen bagian yang relatif stabil
yang menjalankan satu atau lebih fungsi psikologis. Contoh ASC antara lain kondisi
tidur, kondisi hipnosis, kondisi meditatif, kondisi kesadaran saat tegang,
takut, atau waspada, atau kondisi kesadaran di bawah pengaruh alkohol atau obat
penenang.
Sebagai suatu kondisi kesadaran ASC distabilkan oleh empat proses:
- Loading
Stabilization : proses stabilisasi ini membuat perhatian atau kesadaran
dan energi psikis terpusat pada suatu struktur yang diinginkan dengan
membanjiri sistem psikologis seseorang dengan tugas tertentu sehingga
sistem tidak punya sisa energi untuk melakukan hal lain.
- Negative
Feedback Stabilization: proses stabilisasi ini bertujuan mengoreksi fungsi
struktur atau subsistem psikologis bila mereka menyimpang terlalu jauh
dari rentang operasi normal sehingga dengan demikian sistem dipastikan
kembali stabil.
- Positive
Feedback Stabilization: proses stabilisasi ini bertujuan memperkuat
aktivitas dan atau memberikan pengalaman yang menyenangkan saat struktur
atau subsistem psikologis berfungsi dan berjalan dalam koridor atau
batasan yang telah ditentukan.
- Limiting
Stabilization: proses stabilisasi ini membatasi rentang atau jangkauan
fungsi struktur dan subsistem psikologis yang bila beroperasi secara
intensif akan membuat sistem menjadi tidak stabil.
Loading Stabilization dapat, pada kasus tertentu, menjadi Limiting Stabilization
namun kedua jenis stabilisasi ini tidaklah sama. Limiting Stabilization secara
langsung mempengaruhi struktur atau subsistem tertentu, sementara efek dari
Loading bersifat tidak langsung dan beroperasi lebih banyak dengan cara
mengkonsumsi energi dan bukan mempengaruhi struktur secara langsung.
Keempat proses yang dijelaskan di atas bertujuan agar ASC menjadi stabil
sehingga seseorang bisa tetap
berada dalam kondisi kesadaran itu, dalam rentang waktu tertentu.
Untuk mudahnya begini. Keempat proses ini kita analogikan sebagai strategi
untuk mengendalikan seseorang agar menjadi warga negara yang baik, yaitu dengan
cara:
- Kita
menyibukkan dia dengan kegiatan yang menjadikannya warga negara yang baik,
sehingga ia tidak punya waktu dan energi untuk melakukan hal lain.
- Kita
memberikan hadiah bila ia melakukan hal-hal yang baik atau positif.
- Kita
menghukum dia bila ia melakukan kegiatan yang tidak kita ijinkan atau
inginkan.
- Kita
membatasi kesempatannya untuk melakukan hal-hal yang tidak kita ijinkan.
Saya beri contoh lain agar penjelasan di atas lebih mudah dimengerti. Pernahkah
anda mengalami, pada suatu saat, misalnya, pikiran anda sangat fokus memikirkan
sesuatu, membaca buku, chatting, atau mengetik di komputer anda? Jawabannya
pasti pernah.
Pertanyaan berikutnya,
- Pernahkah
anda, dalam kondisi yang sangat fokus ini, tiba-tiba diajak bicara oleh
seseorang, misalnya rekan kerja, anak, suami atau istri?î Jawabannya juga
pasti pernah.
Sekali
lagi saya bertanya,
- Saat
anda dalam kondisi yang sangat fokus dan ditanya atau lebih tepatnya pola
fokus anda diguncang oleh stimulus dari luar apa yang anda rasakan atau
lakukan?î
Saya yakin anda pasti akan mengalami
antara lain hal berikut:
- Mengabaikan
stimulus yang berasal dari luar. Dengan kata lain anda tidak menanggapi
pertanyaan atau stimulus ini karena ada sedang sangat fokus.
- Anda
berusaha menanggapi pertanyaan atau memberikan respon pada stimulus ini
namun merasa sangat malas dan tidak nyaman.
- Anda
membutuhkan upaya ekstra untuk bisa mengalihkan perhatian atau pikiran
anda yang sedang sangat fokus pada sesuatu hal untuk bisa memberikan
respon yang baik. Ini menimbulkan perasaan tidak nyaman.
- Saat
anda kembali pada kondisi fokus, seperti yang sebelumnya anda rasakan dan
alami, maka perasaan anda menjadi nyaman kembali.
Empat
hal yang saya jelaskan di atas sebenarnya adalah hasil kerja dari empat proses
yang menstabilkan ASC, yang sedang kita alami pada suatu saat, yaitu Loading,
Positive Feedback, Negative Feedback, dan Limiting Stabilization.
Lalu,
bagaimana caranya untuk membawa seseorang berpindah dari kondisi kesadaran
normal ke dalam kondisi ASC?
Untuk membimbing seseorang berpindah dari kondisi kesadaran normal (b-SoC)
masuk ke kondisi ASC melibatkan dua operasi dasar induksi berikut:
- Pertama
kita menggunakan disrupting force atau daya pengguncang pada b-SoC berupa
tindakan psikologis atau fisiologis yang mengguncang proses stabilisasi,
baik dengan mengintervensi atau dengan menarik perhatian,fokus, atau
energi dari proses stabilisasi.. Jika induksi ini berhasil maka daya
pengguncang akan mendesak berbagai struktur atau subsistem ke ambang batas
kestabilan fungsi dan selanjutnya melampaui batas ini dan dengan demikian
merontokkan integritas sistem dan mengguncang kestabilan b-SoC sebagai
suatu sistem. Setelah itu dilanjutkan denganÖ.
- Di
tahap kedua proses induksi kita menggunakan patterning forces atau daya
pembentuk pola selama masa transisi baik berupa tindakan psikis dan atau
fisik dengan tujuan membentuk pola stuktur atau subsistem menjadi suatu
sistem baru, yaitu ASC yang diinginkan.
- Selanjutnya
sistem baru ASC harus membangun proses stabilisasiya sendiri jika ingin
bisa bertahan.
- De-induksi,
proses membawa subjek keluar dari ASC kembali ke b-SoC, sama dengan proses
induksi. Dalam hal ini disrupting force digunakan untuk mengguncang
kestabilan ASC sehingga terjadi periode transisi dan selanjutnya b-SoC
direkonstruksi dengan menggunakan patterning force.
- Operasi
Induksi: Guncang (Disruption) dan Pembentukan Pola (Patterning)
- Operasi
induksi yang pertama adalah mengguncang kestabilan b-SoC, mengganggu
proses loading, positive dan negative feedback, dan limiting stabilization
yang menjaga struktur psikologis beroperasi dalam rentang normal.
Dengan
demikian, dalam operasi awal, untuk menghasilkan ASC, perlu dilakukan guncangan
pada proses stabilisasi hingga satu titik di mana pola kesadaran normal tidak
dapat lagi bertahan. Jika, misalnya, guncangan hanya dilakukan pada satu atau
beberapa proses stabilisasi maka proses stabilisasi lainnya akan tetap
mempertahankan keutuhan dan integritas sistem sehingga induksi yang dilakukan
tidak menghasilkan ASC.
Proses stabilisasi dapat diguncang secara langsung bila mereka dapat dikenali,
atau bisa dengan cara tidak langsung yaitu mendorong fungsi psikologis tertentu
melampui batas fungsinya sehingga menjadi tidak stabil. Subsistem ini,
misalnya, dapat diguncang dengan cara membanjirinya dengan stimuli, menghambat
stimuli sehingga tidak mencapai subsistem sehingga subsistem kehilangan
stimuli, atau memberikan susbsitem stimuli yang ìanehî yang tidak dapat
diproses dengan cara biasa.
Selain cara di atas, untuk mengguncang proses stabilisasi fungsi b-SoC dapat
juga menggunakan obat. Demikian pula setiap prosedur yang melibatkan fungsi
fisiologis secara intens seperti kondisi kelelahan yang parah atau olahraga.
Operasi induksi yang kedua adalah menerapkan daya pembentuk pola, stimuli yang
selanjutnya mendorong fungsi psikologis yang telah goyah menuju pola baru yang
diinginkan yaitu ASC.
Sekarang
mari kita lihat tiga contoh induksi untuk menghasilkan ASC, semua diawali dari
kondisi sadar normal (b-SoC): proses masuk kondisi tidur, induksi hipnosis, dan
praktik meditasi.
Masuk ke Kondisi Tidur
Proses masuk ke kondisi tidur biasanya diawali dengan kita berbaring dalam
ruangan yang tenang dengan penerangan yang redup, selanjutnya menutup mata, dan
menjadi rileks, tenang, nyaman. Hal ini serta merta menghilangkan sangat banyak
loading stabilization yang membantu menjaga kondisi kesadaran normal (bangun).
Dalam kondisi yang tenang ini hanya ada sedikit stimuli yang diterima pikiran
sehingga tidak dibutuhkan energi untuk memproses stimuli ini. Energi psikis
lainnya, yang tidak terpakai, menjadi bebas. Sebagian dari energi yang terbebas
ini ada yang beralih fungsi menjadi energi yang meningkatkan imajinasi atau
bentuk-bentuk pikiran. Dengan semakin berkurangnya energi yang dibutuhkan untuk
memproses stimuli dari lingkungan maka loading stabilization menjadi semakin
lemah dalam menjaga kondisi kesadaran normal.
Berbaring dan rileks menghilangkan sumber loading stabilization utama lainnya
yaitu input sensori yang berasal dari tubuh. Dalam kondisi ini input dari tubuh
sangat minim. Dalam kondisi ini orang umumnya akan mengambil sikap bahwa tidak
ada yang perlu dikerjakan, tidak ada goal yang perlu dicapai, tidak ada masalah
yang perlu diselesaikan, tidak ada hal penting yang perlu diperhatikan. Sikap
ini mengakibatkan pola yang selama ini menjaga kondisi kesadaran normal menjadi
lemah, semakin lemah, dan akhirnya luruh dengan sendirinya. Dengan demikian
kita masuk ke kondisi tubuh dan pikiran yang pasif, rileks, dan nyaman.
Kondisi
pasif ini bila berlanjut akan menarik keluar energi perhatian/kesadaran dari
proses feedback stabilization. Tanpa adanya hal yang harus diperhatikan atau
dijaga maka tidak ada kebutuhan untuk mengawasi dan mengkoreksi penyimpangan
fungsi. Dengan demikian pikiran akan masuk ke kondisi yang lebih rileks lagi
yang disebut dengan kondisi hypnagogic dan selanjutnya masuk ke kondisi tidur.
Masuk ke Kondisi Hipnosis
Ada sangat banyak cara atau prosedur untuk membawa subjek masuk ke kondisi
hipnosis. Namun bila diperhatikan dengan saksama, semua prosedur ini mengikuti
pola umum yang mirip atau sama. Langkah pertama, biasanya, adalah dengan
meminta subjek untuk duduk atau berbaring di kursi dengan nyaman. Hal ini
bertujuan agar subjek tidak perlu melakukan upaya apapun untuk mempertahankan
posisi tubuhnya. Seluruh tubuh subjek, mulai dari kaki hingga kepala, tersangga
dengan baik oleh kursi sehingga terasa sangat nyaman. Subjek juga diminta untuk
pasrah dan merilekskan tubuhnya serileks mungkin.
Langkah ini mengakibatkan beberapa efek. Pertama, jika subjek merasa cemas,
yang mana perasaan cemas ini tampak dalam bentuk ketegangan di tubuh, maka
dengan merilekskan tubuhnya, perasaan cemas ini menjadi banyak berkurang.
Dengan mengurangi dan membatasi kecemasan dalam diri subjek akan memudahkan
subjek untuk masuk ke kondisi ASC, dalam hal ini kondisi hipnosis.
Saat tubuh rileks dan diam maka jumlah stimuli yang tadinya diterima oleh
reseptor gerak yang ada di sekujur tubuh menjadi sangat berkurang, mirip dengan
kondisi saat akan tidur. Dengan demikian keseluruhan tubuh mulai kehilangan
kesadaran dan larut dalam keadaan rileks dan berakibat pada hilangnya loading stabilization
dan patterning force yang selama ini menjaga kondisi kesadaran normal (b-SoC).
Langkah kedua, operator (hipnotis/hipnoterapis) meminta subjek untuk fokus pada
suara si operator dan mengabaikan bentuk pikiran atau sensasi yang masuk ke
pikiran subjek. Dalam kondisi normal pikiran subjek akan aktif melakukan
scanning memperhatikan kondisi dan situasi di lingkungannya guna menemukan
stimuli yang penting di sekitarnya.
Upaya scanning terus menerus ini membuat berbagai subsistem aktif dan saling bertukar
informasi dan energi sehingga subsistem cenderung terjaga dalam kondisi pola
kesadaran normal (terjaga/bangun). Dengan menarik energi perhatian/kesadaran
dari tindakan memindai lingkungan subjek menarik sejumlah besar energi psikis
dan menghentikan aktivitas pada sejumlah subsistem dan mengakibatkan proses
loading dan patterning terganggu dan menjadi lemah.
Langkah ketiga, operator biasanya akan meminta subjek untuk tidak perlu
memikirkan apa yang dikatakan oleh operator namun cukup hanya mendengar secara
pasif dan mengijinkan apa yang diucapkan operator dengan mudah terjadi,
dialami, dan dirasakan oleh subjek. Dalam kondisi kesadaran normal subjek
cenderung akan terus berpikir, melakukan analisis atas apa yang ia dengar atau
rasakan. Dengan meminta subjek untuk tidak berpikir dan pasrah menjalankan
bimbingan operator maka hal ini mengakibatkan loading stabilization menjadi
lemah sehingga subjek mudah dibimbing masuk ke kondisi hipnosis (ASC).
Langkah
keempat, subjek biasa diminta untuk memusatkan perhatian pada satu objek
tertentu, di samping suara operator, misalnya satu titik di tembok, cincin yang
dipakai operator, api lilin, pendulum, hypnotic disc, dan sejenisnya. Pemusatan
perhatian ini bertujuan untuk semakin mengurangi scanning pikiran terhadap
lingkungan dengan tujuan seperti yang telah dijelaskan di atas.
Langkah kelima, operator umumnya akan mensugestikan subjek merasa semakin
rileks, semakin mengatuk, mata terasa semakin berat. Sugesti ini membangkitkan
berbagai memori yang berhubungan dengan kondisi mengantuk dan atau rileks dan
ini membantu proses induksi karena mengantuk atau mata terasa berat berarti
b-SoC mulai goyah. Sugesti ini berfungsi mengguncang kestabilan b-SoC.
Langkah
keenam, dalam memberikan sugesti untuk rileks, operator mengatakan bahwa subjek
akan mengalami atau masuk ke dalam kondisi yang mirip dengan tidur namun bukan
seperti tidur yang biasa dialami di malam hari, subjek tetap sadar dan bisa
mendengar suara operator. Sugesti ini adalah patterning force yang spesifik.
Sugesti yang mengatakan bahwa apa yang dialami subjek mirip dengan tidur
bertujuan mengguncang kestabilan b-SoC. Operator tidak ingin subjek tertidur
dan untuk itu ia memberikan patterning force untuk menghasilkan kondisi pasif
yang mirip seperti kondisi tidur namun subjek tetap bisa mendengar suaranya.
Ketujuh,
saat subjek sudah pasif dan rileks, operator selanjutnya memberikan sugesti
yang berhubungan dengan otot tubuh. Operator biasanya mensugestikan otot-otot
di seluruh tubuh subjek terasa berat dan semakin berat, semakin rileks.
Demikianlah selanjutnya hingga subjek berpindah dari kondisi kesadaran normal
(b-SoC) dan masuk ke kondisi hipnosis yang dalam (ASC).
Contoh di atas adalah prosedur yang bersifat progresif. Artinya perpindahan
dari b-SoC ke ASC berlangsung gradual. Lalu, bagaimana dengan teknik shock
induction atau induksi dengan menggunakan kejutan pada sistem saraf?
Sebenarnya secara prinsip sama saja. Shock induction dilakukan dengan cara
secara tiba-tiba, di luar dugaan subjek, operator melakukan kejutan pada sistem
saraf subjek. Kejutan ini bisa dalam bentuk secara mendadak menarik lengan,
tangan, atau tubuh subjek. Intinya adalah kondisi kesadaran normal (b-SoC)
secara tiba-tiba, dengan cara yang sangat dahsyat diguncang, dengan disrupting
force, sehingga menjadi kacau, dan setelah itu langsung diberikan satu sugesti
ìTidurî yang merupakan patterning force.
Saat
kejutan dilakukan maka RAS (reticular activating system) akan terbuka sekitar ?
sampai æ detik. Melalui celah yang sangat sempit inilah patterning force
dimasukkan dengan nada yang tegas, pasti, dan bersifat sangat paternal dan
subjek langsung masuk ke kondisi hipnosis (ASC) yang dalam. Namun bila kondisi
ini tidak diperdalam atau dipertahankan, misalnya tidak dilakukan deepening,
maka subjek dengan sendirinya akan keluar dari kondisi hipnosis (ASC).
Mengapa subjek bisa keluar sendiri? Karena proses stabilisasi lainnya, yang
tidak terkena pengaruh guncangan shock induction, akan segera bekerja
memulihkan dan mengembalikan kondisi kesadaran subjek ke kondisi sadar normal
atau b-SoC.