Sasaran
dan maksud dari muraqabah/meditasi/rabithah syarif adalah untuk
memperagakan kehadiran terus-menerus ke dalam realitas syekh. Semakin
seseorang memelihara pelatihan ini, semakin terungkapkan manfaatnya
dalam kehidupan sehari-harinya sampai pada titik dia mencapai tataran
fana dalam hadirat Syekh.
Orang
harus tahu betul bahwa syekh adalah jembatan antara ilusi dan realitas
dan dia berada di dunia ini hanya untuk tujuan itu. Jadi syekh adalah
seutas tali yang khas yang diulurkan kepada setiap orang yang mencari
kebebasan (dari ilusi), karena hanya syekh yang dapat memberikan layanan
sebagai penghubung antara seseorang yang masih terikat kepada dunia
dengan Hadirat Ilahi.
Agar
menjadi fana di hadapan dan keberadaan syekh adalah menjadi fana dalam
kenyataan, dalam Hadirat Ilahi, karena memang sesungguhnya di situlah
dia berada.
Langkah 1
Bayangkan
dirimu berada di hadapan syekh. Sampaikan salammu. Tutup matamu.
Pandanglah melalui mata hatimu. Jangan mencari raut muka, melainkan
hanya auranya saja, ruhaniah.
Sebagai
awal, murid dapat memulai praktik muraqabah ini untuk jangka waktu
pendek, antara 5 sampai 15 menit, dan secara bertahap menjalaninya
menuju jangka waktu yang lebih panjang, bahkan merentang hingga
berjam-jam sekali sesi.
Yang
terpenting adalah bahwa seseorang mempertahankan sebuah praktik yang
konsisten untuk mendapatkan manfaat dari praktik tersebut. Jauh lebih
baik dan bijaksana untuk bertahap pada sesi yang pendek secara harian
daripada disiplin dan praktik yang acak.
Sebuah upaya kecil yang dilakukan secara konsisten akan menghasilkan kemajuan luar biasa dalam waktu yang singkat.
- Ambillah wudhu dan shalat 2 rakaat (tahiyatul wudhu).
- Ucapkan Kalimat Syahadat (3 kali): Asy-hadu an laa ilaaha illa-llah wa asy-hadu anna Muhammadan `abduhu wa rasuuluh
- Istighfar (100-200 kali): Astaghfirullah al `Azhiim wa atuubu ilayh
- Surat al-Ikhlash (3 kali): Qul huwa-llaahu ahad/ Allaahu Shamad/ Lam yalid wal lam yuulad/ wa lam yakul- lahuu kufuwan ahad
- Surat al-Fatiha
- Mencari dukungan dan kehadiran Mawlana Syaikh Hisyam Kabbani dengan mengucapkan: �Madad ya Sayyidi, Madadul-Haqq�
- Minimal 200 kali mengulang kalimat dzikir, �Madadul-Haqq, Madadul-Haqq
Mata
tertutup, mohon izin untuk menyambung cahaya beliau kepada hatimu dan
cahayamu kepada hati beliau. Bayangkan sebuah kontak dua arah dan
kemudian, baca pada langkah 1
Ketika
seseorang duduk bermeditasi dan menutup matanya, dia memfokuskan
pikirannya pada satu titik tunggal. Dalam hal ini titik itu biasanya
adalah konsep dari mentor spiritualnya; dus dia memfokuskan seluruh
kemampuan kesaksiannya memikirkan dengan konsentrasi penuh tentang guru
spiritualnya agar mendapatkan gambaran atau citra mentornya pada layar
mental, selama dia masih berada dalam status meditasi itu.
Sifat,
karakteristik dan potensi yang terkait dengan sebuah citra juga
dipindahkan pada layar pikiran ketika citra itu terbentuk pada layar
mental dan pikiran menerimanya sesuai dengan itu.
Sebagai
contoh, seseorang sedang memperhatikan api. Ketika gambaran tantang api
itu dipindahlan ke layar pikiran, suhu dan panas api itu terekam oleh
pikiran.
Seseorang
yang hadir dalam sebuah taman menikmati kesegaran dan kesejukan
pepohonan dan tanaman dalam taman itu untuk menciptakan gambaran itu
semua pada layar pikirannya.
Begitu
juga ketika gambaran mentor spiritual dipindahkan pada layar pikiran,
Ilmu yang Dihadirkan yang beroperasi dalam diri guru spiritual, juga
ikut dipindahkan dengan gambaran itu dan pikiran murid secara bertahap
menyerap hal yang sama.
Langkah 3
Duduk
bersimpuh, yang rapi, tetap bersimpuh, mata tertutup, tangan di tempat,
mulut tertutup, lidah ditekuk ke atas, napas terkendali, telinga
mendengar al-Quran, Shalawat atau suara sendu. Ruang gelap.
Meditasi,
memikirkan tentang mentor spiritual, sebuah upaya untuk memfokuskan
dengan konsentrasi pikiran kita kepada seseorang, sehingga citranya
dapat dipantulkan secara berulang pada layar pikiran kita, (maka) kita
terbebaskan dari keterbatasan indera.
Makin
sering sebutir pikiran di tayangkan pada layar mental, makin jelas pula
formasi (pembentukan) sebuah pola dalam pikiran itu. Dan, pola pikiran
demikian ini, dalam istilah spiritualitas disebut 'pendekatan pikiran�.
Ketika
kita membayangkan mentor spiritual atau �Syaikh�, sebagai sebuah hal
dari hukum eternal, ilmu Elohistic Attributes yang beroperasi dalam
Syaikh dipantulkan pada pikiran kita dengan ulangan yang berkali-kali
menghasilkan pencerahan pikiran dari murid dengan cahaya yang berfungsi
dalam diri Syaikh dan dilimpahkan kepadanya.
Pencerahan hati murid berusaha mencapai tataran atau tahap Syaikhnya. Dalam Sufisme, keadaan ini disebut 'kedekatan�, �afinitas' (nisbat). Cara terbaik dan telah teruji untuk menikmati kedekatan, menurut spiritualitas, adalah hasrat kerinduan dari cinta.
Pikiran
Syaikh terus-menerus mentransfer kepada murid spiritualnya sesuai
dengan kobaran cinta dan rindu akan Syaikh, yang mengalir di dalam diri
murid dan datang suatu saat ketika cahaya beroperasi dalam diri Syaikh
yang sesungguhnya adalah pantulan Tampilan Ilahiah yang Indah yang
dipindahkan kepada murid spiritual itu.
Hal
ini memungkinkan murid spiritual untuk membiasakan diri dengan Cahaya
Gemilang dan Tampilan Indah. Keadaan ini, dalam istilah sufisme disebut 'Menyatu dengan Syaikh� (Fana fi Shaykh).
Cahaya
Syaikh dan Tampilan Indah gemilang yang beroperasi dalam diri Syaikh
bukanlah ciri pribadi Syaikh. Sebagaimana halnya murid spiritual, yang
dengan perhatian dan konsentrasi penuh dedikasi, menyerap (asimilasi)
ilmu dan ciri khas Syaikhnya, maka Syaikh juga menyerap ilmu dan busana Nabi dengan dedikasi pikiran dan konsentrasi penuh.
Langkah 3a
Posisi duduk: Posisi Teratai (yoga Lotus),
Wudhu
adalah kunci sukses. Kapal Nabi Nuh as. melawan banjir kelalaian.
Kebersihan adalah dekat dengan iman (ilahiah). Ingat bahwa bukanlah saya
yang menghitung bahwa saya adalah bukan apa-apa, saya dan aku harus
melebur kedalam dia. Syaikhku, Rasulku, menggiring kepada Rabbku.
Dzikir
dengan penolakan (laa ilaaha) dan pembenaran (illa Allah), dalam
tradisi Masyaikh Naqsybandi, mensyratkan bahwa murid (sang pejalan)
menutup matanya, menutup mulutnya, menekan giginya, melekatkan lidahnya
ke langit-langit mulutnya, dan menahan (mengatur) napasnya.
Dia
harus membaca dzikir itu melalui hatinya, dengan penolakan dan
pembenaran, memulainya dengan kata LAA ("Tidak"). Dia mengangkat "Tidak"
ini dari titik (dua jari) di bawah pusar kepada otaknya.
Ketika
mencapai otaknya kata "Tidak" mengeluarkan kata ILAAHA ("sesembahan"),
bergerak dari otaknya ke bahu Kanan, dan kemudian ke bahu Kiri di mana
dia menabrak hatinya dengan ILLALLAH ("kecuali Allah").
Ketika
kata itu mengenai hatinya energi dan panasnya menjalar/memancar ke
sekujur tubuhnya. Sang pejalan yang telah menyangkal semua yang berada
di dunia ini dengan kata-kata LAA ILAAHA, membenarkan dengan kata-kata
ILLALLAH bahwa semua yang ada telah dilenyapkan di Hadirat Ilahi.
Langkah 3b
Posisi Mulut dan Lidah
Menutup matanya,
Menutup mulutnya,
Menekan giginya,
Melekatkan lidahnya pada langit-langit mulutnya, dan menahan napas.
(Secara perlahan-lahan memperlambat napas dan getaran jantungnya).
Menutup matanya,
Menutup mulutnya,
Menekan giginya,
Melekatkan lidahnya pada langit-langit mulutnya, dan menahan napas.
(Secara perlahan-lahan memperlambat napas dan getaran jantungnya).
Tangan
membawa rahasia yang dahsyat, mereka itu seperti antena parabolamu,
pastikan bahwa mereka itu bersih dan berada dalam posisi yang
semestinya.
Jadi
ketika kamu memulai dengan tanganmu itu, menggosok-gosoknya, ketika
mencucinya dan menggosok gosoknya untuk mengaktifkan mereka, itu adalah
tanda dari (angka) 1 dan 0, dan kamu sedang mengaktifkan proses kode
yang diberikan Allah I melalui tangan itu. Kamu mengaktifkan mereka.
- Mereka memiliki titik sembilan peluru yang terdiri dari keseluruhan sistem, seluruh tubuh. Ketika kamu menggosok jari-jari itu, sesungguhnya kamu mengaktifkan 99 Asma-ul�husna Allah.
- Dengan mengaktifkan mereka, kamu mengaktifkan 9 titik dalam tubuhmu.
- Dan ketika mengaktifkan mereka, itu adalah seperti menghidupkan receiver (pada radio/tv), energi mengalir masuk, itu mulai berfungsi untuk dapat menerima, memecahnya dalam bentuk kode digital yang dipancarkan keluar seperti gambar atau suara sebagaimana kita kenal di zaman ini (radio dan tv).
- Demikian juga halnya dengan tangan yang saling mengelilingi, itulah mengapa ketika kita menggosok-gosokkan dan membuka mereka, mereka mulai bertindak seperti lingkaran satu terhadap lainnya, menampung apapun energi yang datang, dan mereka ini mengelolanya. Lihatlah pada bagian Rahasia Tangan.
Langkah 4
Posisi Tangan:
Jempol dan telunjuk memperagakan posisi "Allah Hu" untuk kuasa/kekuatan terbesar.
Jempol dan telunjuk memperagakan posisi "Allah Hu" untuk kuasa/kekuatan terbesar.
Tangan diberi kode dengan kode angka arab, tangan kanan "18", tangan kiri "81" masing-masing dijumlahkan keduanya menjadi 9 dan dua 9 menjadi 99.
Tangan diberi karakter dengan Asma-ul�husna Allah. Dan nama ke-99 dari Rasul adalah Mustafa..
(lebih banyak lagi di depan)...
Bernapas dengan Sadar ("Hosh dar dam")
Hosh artinya "pikiran" Dar artinya "dalam" Dam artinya "Napas"
Itu artinya, menurut Mawlana Abdul Khaliq al-Ghujdawani (q), bahwa "Misi paling penting bagi pejalan dalam thariqat ini adalah menjaga napasnya, dan dia yang tidak dapat menjaga napasnya, akan dikatakan tentang orang itu, 'dia telah tersesat/kehilangan dirinya.'"
Syah
Naqsyband berkata, "Thariqat ini dibangun di atas (dengan pondasi)
napas. Jadi adalah sebuah keharusan untuk semua orang menjaga napasnya
di kala menghirup dan membuang napas, dan selanjutnya untuk menjaga
napasnya dalam jangka waktu antara menghirup dan membuang napasnya."
"Dzikir
mengalir dalam tubuh setiap makhluk hidup oleh keharusan (kebutuhan)
napas mereka � bahkan tanpa kehendak � sebagai sebuah tanda/peragaan
ketaatan, yang adalah bagian dari penciptaan mereka.
Melalui
napas mereka, bunyi huruf "Ha" dari Nama Ilahiah Allah dibuat setiap
kali membuang dan menghirup napas dan itu adalah sebuah tanda dari Jati
Diri (Dzat) Gaib yang berfungsi untuk menekankan Kekhasan Allahu Shamad.
Maka adalah penting untuk hadir dengan napas seperti itu, agar supaya
menyadari (merasakan) Jati Diri (Dzat) Maha Pencipta."
Nama
'Allah' yang meliputi sembilan puluh sembilan Asma-ul�husna terdiri
atas empat huruf: Alif, Lam, Lam dan Ha yang sama �dengan suara napas -
(ALLAH I).
Kaum
Sufisme mengatakan bahwa Dzat Allah yang paling gaib mutlak dinyatakan
oleh huruf terakhir itu yang dibunyikan dengan vokal Alif, "Ha". Ini
mewakili Gaib Absolut Dzat-Nya Allah I.
Memelihara
napasmu dari kelalaian akan membawa mu kepada Hadirat sempurna, dan
Hadirat sempurna akan membawamu kepada Penampakan (Visi) sempurna, dan
Penampakan sempurna akan membawamu kepada Hadirat (Manifestasi)
Asma-ul�husna Allah I yang sempurna.
Allah membimbingmu kepada Hadirat Asma-ul�husna-Nya, karena dikatakan bahwa, "Asma Allah adalah sebanyak napas makhluk".
Hendaknya diketahui oleh semua orang bahwa melindungi napas terhadap kelalaian sungguh sukar
bagi para pejalan. Maka mereka harus menjaganya dengan memohon ampunan
(istighfar) karena memohon ampunan akan membersihkannya dan
mensucikannya dan mempersiapkan sang pejalan untuk (menjumpai) Hadirat
Benar (Haqq) Allah di setiap tempat.
Langkah 5
Bernapas
Menghirup melalui hidung - Dzikir = "Hu Allah", bayangkan cahaya putih memasuki tubuh melalui perut.
Menghembus � melalui hidung - Dzikir= "Hu", bayangkan hitamnya karbon
monoksida, semua perbuatan dosamu dikuras / didorong keluar dari dirimu.
"Pejalan
yang bijak harus menjaga napasnya dari kelalaian, seiring dengan masuk
dan keluarnya napas, dengan demikian menjaga hatinya selalu dalam
Hadirat Ilahi;
dan
dia harus menghidupkan napasnya dengan ibadah dan pengabdian dan
mempersembahkankan pengabdiannya itu kepada Rabbnya dengan segenap
hidupnya, karena setiap napas yang dihisap dan dihembuskan dengan
Hadirat adalah hidup dan tersambung dengan Hadirat Ilahi.
Setiap napas yang dihirup dan dihembuskan dengan kelalaian adalah mati dan terputus dari Hadirat Ilahi."
Untuk mendaki gunung, sang pejalan harus melintas dari dunia Bawah menuju Hadirat Ilahi. Dia harus melintas dari dunia ego keberadaan sensual (sensasi) menuju kesadaran jiwa terhadap Al Haqq.
Untuk
membuat kemajuan dalam perjalanan ini, sang pejalan harus membawa
gambaran Syaikhnya (tasawwur) ke dalam hatinya karena itu adalah cara
paling kuat untuk melepaskan diri dari cengkeraman sensualnya.
Dalam hatinya Syaikh menjadi cermin dari Dzat Absolut. Jika dia
berhasil, kondisi penisbian diri (ghayba) atau "absensi" dari dunia
sensasi muncul dalam dirinya.
Sampai kepada tahap bahwa keadaan ini menguat dalam dirinya dan keterikatannya kepada dunia sensasi melemah dan menghilang, dan fajar dari Level Hilang Mutlak- Tidak Merasa- Selain Allah mulai menyinari dirinya.
Derajat tertinggi dari maqam ini disebut fana'.
Demikianlah
Syah Naqsyband berkata, "Jalan terpendek kepada sasaran kita, yaitu
Allah mengangkat tabir dari Dzat Wajah-Nya Yang Ahad yang berada dalam
semua makhluk ciptaan-Nya.
Dia
melakukan itu dengan (melalui) maqam ghayba dan fana', sampai Dzat
Agung (Majestic Essence) menyelimutinya dan melenyapkan kesadarannya
akan segala sesuatu selain Dia. Inilah akhir perjalanan untuk mencari
Allah dan awal dari perjalanan lainnya."
"Pada akhir Perjalanan Pencarian dan Level Ketertarikan datanglah Level Perendahan Diri dan Penihilan.
Sasaran ini adalah untuk segenap ummat manusia
sebagaimana disebut Allah dalam al-Qur'an, 'Aku tidak menciptakan Jinn
dan Manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.' Beribadah di sini
berarti Ilmu Sempurna (Ma`rifat)."
Langkah 6
Mengenakan �busana� Syaikh:
3 tahap perjuangan yang berkesinambungan:
- Memelihara Cintanya (Muhabbat),
- Memelihara Kehadirannya (Hudur),
- Melaksanakan Kehendaknya atas diri kita (Penihilan atau Fana).
Kita
memiliki cinta kepadanya, jadi kini kenakanlah Cahayanya dan
selanjutnya bayangkan segala sesuatunya dari titik (sudut) ini, dengan
busana yang kita kenakan itu. Ini adalah penopang hidup kita.
Kamu
tidak boleh makan, minum, shalat, dzikir atau melakukan apapun tanpa
membayangkan bayangan Syaikh pada kita. Cinta ini akan menyatu dengan
Hadirat Ilahi, dan ini akan membuka pintu Penihilan ke dalam-Nya.
Semakin
seseorang menjaga ingatan untuk mengenakan busana dengan dia (Syaikh)
semakin meningkatlah proses penihilan itu berlangsung. Kemudian penuntun
itu akan meninggalkan dirimu di hadirat Rasul Allah Sayyidina Muhammad.
Di mana sekali lagi kamu akan menjaga cinta kepada Rasul (Muhabbat),
menjaga Hadiratnya (Hudur). Laksanakan kehendaknya atas diri kita
(Penihilan atau Fana).
Fana fi Syaikh, Rasulullah, Allah
Penihilan Fana
Dalam
keadaan spirit murid menyatu dengan spirit Syaikhnya, kemampuan Syaikh
akan diaktifkan dalam diri muridnya, karena itu Syaikh menikmati
kedekatan Nabi. Dalam situasi ini, dalam istilah sufisme disebut
�Penyatuan dengan Rasul � (Fana fi Rasul).
Ini adalah pernyataan Nabi, "Aku seorang manusia seperti kamu, namun aku menerima wahyu'.
Jika pernyataan ini dicermati, kita melihat bahwa kemuliaan Nabi
terakhir ini adalah bahwa beliau menerima wahyu dari Allah, yang
mencerminkan Ilmu-ladduni, ilmu yang diilhamkan langsung oleh Allah,
Pandangan yang Indah dari Allah dan Cahaya Gemilang ke dalam hati Nabi.
Dalam
keadaan 'Penyatuan dengan Nabi' seorang murid karena emosinya,
kerinduannya dan cintanya secara sedikit demi sedikit, langkah demi
langkah, berasimilasi dan mengenali ilmu Nabi Suci.
Kemudian
datanglah saat paling berharga, saat yang ditunggu-tunggu, ketika ilmu
dan pelajaran ditransfer dari Nabi Suci kepadanya sesuai dengan
kapasitasnya.
Murid
itu menyerap karakter Nabi Suci sesuai dengan kemampuan dan
kapasitasnya dan karena kedekatannya dengan Nabi Suci dan dukungannya
dia dapat mencapai keadaan ketika dia mengenali Rabbil �Alamin, ketika
Dia menguraikan dalam al-Qur�an, �Ya, sesungguhnya Engkau adalah Rabbi!�
Kedekatan
ini, dalam sufisme disebut �Penyatuan dengan Allah' (Fana fi-llah) atau
singkatnya wahdat. Setelah itu, jika seseorang dikaruniai dengan
kemampuan, dia akan membuat eksplorasi di daerah yang tentangnya cerita
(narasi) tidak lagi memiliki kata-kata untuk menjelaskannya, karena
kepekaan dan kehalusan situasinya.
Langkah 7
Menjadi
sesuatu yang tidak ada, kendaraan sebening kristal untuk siapa pun
yang ingin mengisi keberadaanmu dari Allah swt. Malikul Mulk.
inilah sebuah tahapan menuju ekstase lewat sebuah meditasi dari seorang sufi...
Latihan meditasi spiritual ala sufis yang sangat menarik..Dinar, dari aliran tarekat mana? karena biasanya setiap tarekat memiliki cara dan tekhnik yang berbeda..
BalasHapustarekat naqsabandiyah bu..
BalasHapusdalam situsnya http://www.nurmuhammad.com/