Sabtu, 22 Oktober 2011

LAPORAN INTERVIEW DENGAN DUA KELUARGA YANG PUNYA BANYAK ANAK DAN SEDIKIT ANAK


Dinar Fakhrurrozi
1209104005
Tassawuf Psikoterapi (A)
Semester IV

LAPORAN INTERVIEW DENGAN DUA KELUARGA YANG PUNYA BANYAK ANAK DAN SEDIKIT ANAK
Laporan interview saya akan tuangkan dalam bentuk cerita, karena memang saya tidak memberitahu interviewee saya, jadi saya mengajak mereka mengobrol, tapi saya bikin catatan tersendiri.
1.      Keluarga banyak anak.
A.    Profil Keluarga
·         IBu            : Aan
·         Ayah         : Amin
·         Anak         : 1. Amud
  2, E. Sodikin
  3, Iyep
  4, Dodi
  5, Elan
  6. Syarif
  7, Oni
Keluarga ini termasuk keluarga besar karena memang jumlahnya yang mencapai  9 orang belum ditambah dengan anggota keluarga yang sudah menikah dan mempunyai anak, jadi kalau di akumulasikan, keluarga ini mencapai 15 orang, dan yang menjadi menarik adalah, semua anggota keluarga tinggal dalam satu atap, yakni di rumah orangtuanya. Kondisi ekonomi keluarga ini termasuk kedalam menengah kebawah, ibu aan menuturkan, untuk menghidupi anak – anaknya beliau pernah berjualan baso, nasi kuning, dan pempek, sedangkan ayahnya pak Amin bekerja sebagai buruh di pabrik sepatu.
            Latar belakang keluarga ini termasuk yang paling hebat menurut saya, karena keharmonisan semua anggota keluargga yang tinggal dalam satu atap, terjalin dengan baik, belum pernah ada pertengkaran hebat diantara mereka selama mereka tinggal satu atap, bahkan sampai sekarang. 15 orang dengan tentunya karakter yang berbeda satu sama lainnya, sejatinya bias timbul berbagai konflik. Tapi luarbiasa, mereka bisa saling menghargai dan dapat bersama – sama dalam suatu rumah dengan banyak kamar didalamnnya, satu ruangan utama, satu televisi, satu motor dan tentunya satu kamar mandi, semuanya satu untuk semua.
            Bapak Amin dan Ibu Aan, seorang yang sabar luarbiasa, trakhir kali, mereka menjual tanah di belakang rumah, untuk membiayai kelahiran salah satu cucu mereka, meski semua anaknyamempunyai pekerjaan (kecuali si bungsu yang masih sekolah), tapi mereka tetap bekerja juga, pak Amin masih memnjadi buruh sepatu, dan Bu Aan masih berjualan baso di sore hari dan nasi kuning di pagi hari. Sungguh luarbiasa.

2.      Keluarga sedikit anak.
B.     Profil Keluarga
·         IBu            : Yeni Hartati
·         Ayah         : Cucu Setiadi S. Pd
·         Anak         : Tuhpah Ramdhani ST
Keluarga yang satu ini cukup irit, sebenarnya irit karena memang baru di kauniai anak setelah 14 tahun pernikahan, dan keluarga ini pun tergolong keluarga sederhana, karena mereka tinggal di daerah pedesaan, tepatnya di kampong cibabi, desa cijagra, kecamatan bojongsoang, Baleendah. Sang ayah seroang kepala sekolah di sekolah dasar negri, dan ibunya focus dirumah.
Kondisi ekonomi mereka cukup baik, selain karena sang ayah seorang Pegawai Negri Sipil, anaknya yang dengan susah payah mereka jadikan sarjana, kini sudah bekerja di perusahaan swasta sebagai konsultan lingkungan, dan bahkan menantu mereka pun sudah bekerja, baru 1 minggu kemarin sang menantu mulai bekerja di perusahaan travel haji dan umroh. Satu cucu yang baru berumur 3 tahun pun menambah kumplit keluarga ini. Mereka hidup dalam kesederhanaan, sang ayah yang sudah hamper 20 tahun menjadi seorang PNS pun baru bisa merenovasi rumah sekitar 2 tahun yang lalau, itu pun harus meminjam ke bank, dan gajinya dipotong tiap bulannya, akan tetapi mereka hidup dalam suasana yang hangat, bahkan pada saat saya kesitu untuk mengobrol dengan mereka, terlihat sang nenek sedang menggedong cucunya dan ibunya menyiapkan air teh untuk saya.
Suka duka yang mereka lalaui menjadi cerita indah yang mereka lantunkan kepada saya. sang anak yang sewaktu kuliah di UNPAS mengalami masa kuliah yang tidak mudah, satu motor dipakai bergantian dengan ayahnya yang juga harus ke sekolah dengan menggunakan sepeda motor karena jarak yang lumayan jauh, bahkan sang anak sewaktu kuliah harus berangkat 2 jam sebelum jam kuliah apabila tidak memakai motor. Tapi semua perjuangan yang mereka lalui sewaktu dulu terbayar, sekarang sang anak sudah bisa mngkredit satu unit rumah di perumahan setempat, dan sang ayah pun sudah mulai kembali bisa membeli tanah sawaqh yang mereka sempat jual ketika anaknya kuliah, dan ketika menikah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

seer di toong