Senin, 02 Januari 2012

agama dilihat dari sudut psikologi transpersonal




Secara harfiah kata transpersonal berasal dari kata ”trans” = melewati dan ”personal”= pribadi. Kepribadian dalam bahasa Inggris adalah personality; sementara personality berasal dari kata persona yang berarti topeng. Transpersonal dalam banyak literatur berarti melewati atau melalui "topeng", dengan kata lain melewati tingkat personal.


Psikologi transpersonal bukanlah tentang agama. Agama melibatkan sebuah sistem kepercayaan dalam struktur dilembagakan, sedangkan spiritualitas hanya melibatkan kesadaran pengalaman kami lebih dari keberadaan fisik. Menurut Teasdale (2001), "mengacu Spiritualitas panjang untuk pencarian soliter individu untuk dan penemuan absolut atau ilahi" (hal. 10). Ini adalah keyakinan saya bahwa banyak tantangan yang dihadapi masyarakat kita, baik secara global dan sebagai individu, adalah hasil dari perasaan terpisah dari diri sejati, atau Ilahi. Melihat antarmuka antara psikoterapi dan semangat dapat membantu mengintegrasikan apa yang saya yakini adalah benar dan penting dalam penyembuhan manusia dan evolusi menuju hidup penuh kasih sadar.
pengembangan Psikologi mengarah kepada usaha untuk menjadikan nilai budaya dan Agama sebagai obyek kajian Psikologi dan sebagai sumber inspirasi bagi pembangunan teori-teori Psikologi. Kemudian lahir Psikologi Humanistik dan Psikologi Transpersonal (Baharudin, 2004: 6). Pada tahun 1987, Rolston menggunakan Psikoanalisa Behaviorisme dan Psikologi Humanistik dalam meninjau kembali pemahaman tentang doktrin-doktrin Agama. Tahun 1988, Sperry menggunakan Psikologi Kognitif untuk mendefinisikan kembali keimanan (Jalaluddin Rakhmat, 2004: 138).
Dari keempat periode tersebut menunjukkan bahwa Psikologi itu posisinya ada di atas Agama. Maksudnya adalah Agama dijadikan obyek penelitian Psikologi. Menanggapi hal tersebut, ada penemuan baru yang dilakukan oleh Jones. Jones menawarkan  sebuah hubungan antara Agama dan Psikologi  yaitu dengan interaksi kritis-evaluatif. Teori ini menuntut peneliti untuk menguji dan mengevaluasi teori-teori Psikologi tersebut apakah bertentangan dengan keyakinan Agama. Sehingga, Psikologi diletakkan di bawah telaah Agama (Jalaluddin Rakhmat, 2004: 139).

Berdasar pertentangan antara Agama dan Psikologi ini, maka Agama dan Psikologi hendaknya menjadi mitra sejajar yang keduanya dapat mengkaji satu dengan yang lain. Artinya adalah Agama dapat mengkaji Psikologi (Agama mengevaluasi teori-teori Psikologi)

1 komentar:

seer di toong