Secara harfiah kata
transpersonal berasal dari kata ”trans” = melewati dan ”personal”=
pribadi. Kepribadian dalam bahasa Inggris adalah personality;
sementara personality berasal dari kata persona yang berarti topeng.
Transpersonal dalam banyak literatur berarti melewati atau melalui
"topeng", dengan kata lain melewati tingkat personal.
Psikologi transpersonal
bukanlah tentang agama. Agama melibatkan sebuah sistem kepercayaan dalam
struktur dilembagakan, sedangkan spiritualitas hanya melibatkan kesadaran
pengalaman kami lebih dari keberadaan fisik. Menurut Teasdale (2001),
"mengacu Spiritualitas panjang untuk pencarian soliter individu untuk dan
penemuan absolut atau ilahi" (hal. 10). Ini adalah keyakinan saya bahwa
banyak tantangan yang dihadapi masyarakat kita, baik secara global dan sebagai
individu, adalah hasil dari perasaan terpisah dari diri sejati, atau Ilahi.
Melihat antarmuka antara psikoterapi dan semangat dapat membantu
mengintegrasikan apa yang saya yakini adalah benar dan penting dalam
penyembuhan manusia dan evolusi menuju hidup penuh kasih sadar.
pengembangan Psikologi
mengarah kepada usaha untuk menjadikan nilai budaya dan Agama sebagai obyek
kajian Psikologi dan sebagai sumber inspirasi bagi pembangunan teori-teori
Psikologi. Kemudian lahir Psikologi Humanistik dan Psikologi Transpersonal
(Baharudin, 2004: 6). Pada tahun 1987, Rolston menggunakan Psikoanalisa
Behaviorisme dan Psikologi Humanistik dalam meninjau kembali pemahaman tentang
doktrin-doktrin Agama. Tahun 1988, Sperry menggunakan Psikologi Kognitif untuk
mendefinisikan kembali keimanan (Jalaluddin Rakhmat, 2004: 138).
Dari keempat periode
tersebut menunjukkan bahwa Psikologi itu posisinya ada di atas Agama. Maksudnya
adalah Agama dijadikan obyek penelitian Psikologi. Menanggapi hal tersebut, ada
penemuan baru yang dilakukan oleh Jones. Jones menawarkan sebuah hubungan
antara Agama dan Psikologi yaitu dengan interaksi kritis-evaluatif. Teori
ini menuntut peneliti untuk menguji dan mengevaluasi teori-teori Psikologi
tersebut apakah bertentangan dengan keyakinan Agama. Sehingga, Psikologi diletakkan
di bawah telaah Agama (Jalaluddin Rakhmat, 2004: 139).
Berdasar pertentangan antara Agama dan Psikologi ini, maka Agama dan Psikologi hendaknya menjadi mitra sejajar yang keduanya dapat mengkaji satu dengan yang lain. Artinya adalah Agama dapat mengkaji Psikologi (Agama mengevaluasi teori-teori Psikologi)
Berdasar pertentangan antara Agama dan Psikologi ini, maka Agama dan Psikologi hendaknya menjadi mitra sejajar yang keduanya dapat mengkaji satu dengan yang lain. Artinya adalah Agama dapat mengkaji Psikologi (Agama mengevaluasi teori-teori Psikologi)
Good explaination..!
BalasHapus